Selasa, 02 Oktober 2018

Hari Batik Nasional

         Hari Batik Nasional, ditetapkan melalui Keputusan Presiden nomor 33 tahun 2009 jatuh pada tanggal 2 Oktober. Hari khusus ini bertujuan untuk memperingati penetapan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Untuk menyemarakan tanggal ini, kita seluruh Warga Negara Indonesia, tidak terkecuali, disarankan untuk memakai baju batik. Sekaligus untuk menghidupi kenyataan dan kekayaan budaya Indonesia yang beragam. Dan masih banyak lagi budaya Indonesia yang sudah diakui dunia. Oleh karena itu, kita harus menjaga dan melestarikan budaya-budaya tersebut.

Selasa, 25 September 2018

Teruntuk Ria di Seberang

Sangka ku kau ini hewan yang suka berinteraksi dengan buku
yang tidak bincang obrol dengan lawan
Nyatanya tidak, kau sulit ditebak
Memang kepribadianmu unik
Aku harap kau suka denganku
Suka menghabiskan waktu dengan terompet berjalan
Karena memang kau pendiam
Tapi tidak sampai jadi batu

Siang itu kau mulai perang
Aku melawan tapi sulit dipungkiri kalau persiapanmu lebih matang
Sejak itu, aku membawa pedang mata dua
Sayangnya kau tak berani lagi
Apa giliranku sekarang untuk membuktikan kejantananku?
Aku anggap kau sedang menguji aku, Ria
Semoga kabar ini tidak ditelan burung

Jumat, 21 September 2018

Sajak Tak Berakhiran

Sebuah ruangan
Bukan, sebuah galaksi
Hanya ada aku dan dia
Bukan, ada mereka yang ingin disapa

Surya merayu
Datang lebih awal ingin dilihat
Bukan, ingin melihat
Namun tidak terpancar

Jumpa kedua
Bukan, belum satupun dicoba
Langsung membeku
Seperti tertancap paku

Sudah lama berpikir
Mengatur kuda catur yang ingin digusur
Aku melihat ratusan burung
Tak satupun membawa kabar
Pantas tidak dinanti

Rabu, 19 September 2018

Kerak Memori

Awal kulihat asing
Sekarang kuanggap penting

Kemarin tertanam benih
Esok menuai hasil

Laksa oksigen telah kuhirup
Miliaran langkah kujejakan
Berjuta kata telah kukeluarkan
Sejumlah senyuman kutunjukan

Tak sesaatpun kuhilangkan
Hanya terlupakan

Ia akan kembali menghujam
Memori penuh karat... suatu saat
Menabrak pupil hingga pecah
Menjatuhkan tetes penuh kenangan

Tak dapat kusuratkan
Bait penuh canda, tawa, duka
Kan s'lalu tersimpan
Bagai tulisan dalam buku

Catatan Kala Itu

Kala itu, kami masih cari pokok
Kala itu kami masih bermimpi

Eh, sudah kau sediakan
Berjuta lahan kosong
Memang tidak gosong
Tapi kami hanya bengong

Lantunan nada kau keluarkan
Kami sih hanya mendengarkan..
Sambil menertawakan,
Tidak maksud jahat
Hanya lelucon semata, kala itu..

Kalau sudah berdebat
Pala kami bisa mumat
Satu titik pun penting
Sampai kami ontang-anting
Suaramu melengking
Kami lari pontang panting

Satu katamu menggelitik
Satu kalimatmu mengguncang
Kau buat aku barang antik
Kau buat suasana tegang

Bermula satu instrumen
Mendobrak tembok fundamen
Ia menjajal seluruh pesaing
Detakan jantung ikut mengiring

Tak dapat kusuratkan
Bait penuh canda, tawa, duka
Kan selalu tertanam
Bak benih di tanah subur

Rabu, 12 September 2018

Rutinitas di Rutan

Seperti pagi di hari-hari sebelumnya, kami disuruh turun ke lapangan untuk literasi. Sama, tidak ada perubahan, beberapa anak masih mengeluh karena suasana yang tidak mendukung. Cuaca panas dan suasana ribut. Untuk beberapa anak, suasana ini memang tidak mendukung kegiatan literasi. Mereka menyarankan agar literasi diadakan di kelas masing-masing agar suasana lebih kondusif dan mendukung

Rabu, 17 Januari 2018

Semangat yang Tak Pernah Hilang


Bagai hujan,
pala dan cengkeh jatuh ke tanah
Satu-satu akar dipisahkan dengan tubuhnya
Sakit mereka rasakan

Segenap warga menderita
Ketakutan menghantui mereka

Kapitan Pattimura
Dengan teman penyiksanya
Warga mengikuti dia 
Mendetak jantung bumi

Besi-besi berkenalan
Satu kepala menyentuh tanah
Kobaran api menyelimuti sekumpulan kapal
Kemenangan satu diraih

Waktu berjalan
Semangat sudah ia telan
Makin lemah saja ia
Apa boleh buat, raga sudah tak kuat

Kekenyangan bagi Belanda
Ia telah menangkap sang Kapitan

Kayu didirikan 
Satu ikatan leher Pattimura

Sempat ia berkata
"Kalian bisa membunuh Pattimura ini,
tapi akan muncul Pattimura-Pattimura lain di negri ini"